Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Opini  

Kisangulu-Kisah Sepenggal, Dua dari Congo-Afrika

Reporter : Nus Narek (Kinshasa, 18 Juli 2022) Editor: Tim Redaksi
Poros NTT News

Dua atau tiga kali melirik. Malah mata jatuh pada Fufu. Ini adalah makanan khas juga makanan pokoknya masyarakat Congo. Fufu dibentuk dari tepung ubi. Dibentuk seperti bola takraw. Cukup satu buah, perut sudah kenyang.

Rasanya sangat nikmat. Fufu akan disantap dengan aneka sayur juga daging. Tinggal pilih: daging ayam atau sapi? Selada atau bayam? Ehmmm…

Sambil makan, Anda akan dihibur dengan alunan musik Afrika. Mulai dari lagu-lagu berbahasa Perancis sampai pada berbahasa lokal. Unik memang. Tetapi ini Congo loh. Satu Negara tetapi memiliki empat bahasa Nasional. Sebut saja Bahasa Lingala, Tsiluba, Kiswaili, dan Kikongo. Sedangkan Bahasa Perancis adalah bahasa administrasi. Orang Congo cukup nyaman dengan bahasa aslinya sehingga banyak yang tidak bisa berbahasa Perancis.

Mungkin hanya orang-orang yang tinggal di ibukota negara yang cukup sering menggunakan bahasa Perancis.

Menemani makan, sesekali musik diputar untuk menghentak naluri dengan irama DJ. Ingin hati ikut goyang. Apalagi dengan alunan musik bombastis, saya ingin goyang “Bento” seperti yang lagi viral di tik-tokers Indonesia.

Baca Juga :  FENOMENA ANTARA ADA DAN TIADA, WABAH COVID-19 TAK ADA AKHIR

Biar viral juga di Congo? Tetapi sekali lagi ini Congo, loh. Negara yang penuh dengan antusiasme. Goyang dan menari, adalah “mau-maunya mereka.” Anda bisa saksikan ketika ikut Misa/Ekaristi bersama mereka. Dalam misa, umat akan menyanyi dan menari dengan sangat heboh.

Mereka menyanyi, menari, tepuk tangan, hentak kaki, goyang pinggul, goyang pan***, goyang badan, dan lain-lainya seperti lagi kondangan. Menariknya adalah ketika mereka berasumsi bahwa Ekaristi atau misa merupakan perayaan keselamatan sehingga dirayakan dengan penuh sukacita. Oleh karena itu, bersukacitalah dan bergembiralah kita semua sebab Tuhan telah menyembuhkan dan menyelamatkan kita melalui Ekaristi Kudus-Nya. Wajar bukan?

Memang. Anda sedang menikmati suasana Congo yang benar-benar hidup. Seperti kota kecil yang kami kunjungi hari ini: Kisangulu. Kisangulu ibarat malam pertama. Ini adalah kisah perjalanan pertama saya setelah satu purnama di jantung Afrika ini: Republik Demokratik Kongo.

Bukan perjalanan hebat. Karena ini sekadar piknik akhir semester. Piknik kalau dalam bahasa Perancis disebut Pique-nique. Tulisnya begitu tapi bacanya “piknik.” Bahasa Perancis itu susah sekali. Kadang menjengkelkan. Boleh tulis panjang-panjang tetapi bacanya singkat sekali.

Baca Juga :  Kematian Tak Wajar dan Hegomoni Sosial Media

Seperti kisah saya ini, tulis panjang-panjang tetapi isinya Cuma mau bilang Kami Baru Saja Piknik Di Kisangulu.