Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Ngobrol Bareng Pemuda Penggerak Literasi Digital

Reporter : Stefanus Lelang Wayong Editor: Redaksi
Poros NTT News
Keterangan Ngobrol Bareng Pemuda Penggerak Literasi Digital.

“Saya berharap para pemuda bisa menjadi etalase bagi bangsa ini melalui digital ini. Mungkin itu menjadi prolog dan bisa menjadi pemantik diskusi dalam memberikan input maupun output dari diskusi kita pada kegiatan ini,” tuturnya.**

Wasekjen Bidang Pemenangan Pemilu DPP Nasdem, Jakfar Sidik selaku narasumber kedua. Dalam pemaparannya bahwa pemuda sebagai penggerak literasi digital itu memiliki beberapa hal yang harus dimiliki sebelumnya, yakni keberanian.

Generasi digital yang egaliter yang sifatnya terbuka, spontan, langsung kemudian juga tanpa batas, maka keberaniannya lebih karena mereka bisa berdebat dengan siapapun tanpa memandang latar belakang siapa orang itu. Jadi, syarat keberanian dan pengetahuan sebagai syarat utama penggerak literasi digital.

Menurut Jakfar, Semua orang bisa akses digital dengan dasar kolaborasi menghasilkan pertumbuhan ekonomi-ekonomi kecil di tengah masyarakat dan produktifitas yang meningkat. Polarisasi masyarakat dalam politik tidak pernah berakhir, terus saling bully, terus saling hajar dengan perspektif kebenaran dan nilai masing-masing. Baiknya adalah dalam ranah politik, digitalisasi melahirkan namanya demokrasi gelombang ketiga atau demokrasi yang menyamping dengan dasarnya partisipasi.

Baca Juga :  Kedekatan Marshel Dengan Celine Buat Netizen Jadi Kepengen

“Hari ini, siapapun bisa memperlihatkan ekspresi politiknya berpartisipasi dalam banyak kebijakan-kebijakan dan juga momentum-momentum politik.Saya juga mau mendorong kalau pemuda itu penggerak jaman maka pemuda itu kemudian dia tidak hanya jadi penggerak literasi digital tetapi dia juga harus naik tingkatannya, tidak hanya bicara teknis literasi digital tapi juga menjadi inovator kemudian menciptakan hal-hal baru dalam digital,” terangnya.

Sementara itu, Suhjari Somar (Sekjen DPP GMNI) selaku narasumber ketiga menjelaskan fitur-fitur digital sebagai digital teks. Pada fase 2011 sampai pada fase sekarang ini adalah fase dimana suatu potret kehidupan potret sebelumnya, bahwa kita lihat hari ini secara politik terjadi polarisasi.

Secara ideologi, menurut Suhjari yang menjadi pemicu ini muncul di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat adalah media sosial, netizen yang bergerak secara masif dan terstruktur.

“Kami sebagai organisasi GMNI kemaren sudah melakukan launching aplikasi baru dengan tujuan untuk merubah kultur besar organisasi. Aplikasi ini juga bisa melakukan donasi kita bisa langsung menyalurkan bagi korban bencana-bencana alam di berbagai daerah lewat aplikasi GMNI. Selain itu, di aplikasi GMNI ini juga memiliki perpustakaan digital untuk berbagai buku bahan ajar dan ini edukasi-edukasi dilakukan terus secara masif dan terstruktur, agar kita mampu menjawab tantangan zaman hari ini dan juga merubah pola administrasi kita,” tutupnya.