Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Ribuan Umat Katolik Teteskan Air Mata Saat Adegan Drama Berlangsung

Reporter : Stefan Editor: Redaksi
Poros NTT News
suasana proses jalan salib yang diperagakan OMK Namawek ini membuat banyak umat yang menetes air mata.

Demikian Albinus laga uran saat di minta tangapanya, memang agak sulit menghimpun teman-teman OMK-nya karena semuanya punya kesibukan masing-masing. Tetapi, berkat pertolongan Tuhan Allah relawulan dan restu leluhur lewotana, semuanya bisa disatukan, sehingga prosesi jalan salib itu berjalan lancar, aman dan tertib.

Kepada OMK, ia menghimbau, untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan lewat perbuatan nyata bagi sesama dan melibatkan diri diberbagai kegiatan rohani, mulai dari tingkat Kelompok Umat Basis (KUB), stasi sampai pada tingkat paroki.

“Jangan menghabiskan waktu untuk bermain  WhatsApp, Facebook, Twiter dan Instagram.  Tetapi, dekatkan dirimu dengan gereja. Sebab, untuk menjadi calon pemimpin atau pengurus  gereja ke depan, minimal memiliki pengalaman organisasi sejak usia muda,” paparnya

Kesempatan ini sala satu tokoh masyarakat  Desa Nubamado Gaspar K. uran menuturkan bawah “Kami sangat mengapresiasi adegan yang diperankan oleh OMK St.Yohanes Paulus Namaweka ini kami sangat terharu.”

Kisah sengsara yesus disuasana jalan salib yang diperankan OMK merupakan kreasi omk ST. Yoanes Paulus, bawah pelaksanaan tablo di  St.Yohanes Paulus  sudah terjadi dua kali , pertama di sekitar  tahun sembilan puluhan.

Baca Juga :  Peziarah Semana Santa Dilarang Membawa Hp Dan Kamera Saat Prosesi, Ini Alasannya

Jadi begitu banyak Antusias umat  yang terlibat dari berbagai wilayah untuk mengikuti tablo yang di perankan oleh  omk St.Yohanes Paulus nunamado.

Ada pun harapan seorang matan kepala Desa bahwa kedepannya terus  memperingati moment seperti di lakukan drama jalan salib hidup pada saat jumat Agung ini.

Sembari Ia mengatakan Semoga lewat sengsara Yesus, kami semakin menghargai arti penting kehadiran-Mu dalam hidup kami, yaitu melalui kehadiran sesama yang dapat kami sentuh  dan kami sapa.  Jauhkan kami dari pemahaman dan praktek literasi komunikasi yang tidak bermanfaat, agar relasi dan keutuhan ciptaan tetap lestari dan utuh.