Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Daerah  

Penebangan Bakau dan Potasium Ancam Perairan Ile Ape Lembata

Reporter : Teddi Lagamaking Editor: Redaksi
Poros NTT News
Keterangan kegiatan Kepala Desa Petuntawa, Wilhelmus Langoday menyampaikan manfaat ekologi Muro bagi masyarakat di pesisir pantai Petuntawa

“Kita sudah sepakat buka dua tahun sekali,” ungkap Wilhelmus saat ditemui di Desa Petuntawa, Kamis (7/4).

Ada dua zona di laut yang akan ditutup menurutnya, yakni zona merah dan zona biru. Zona merah ditutup total untuk semua aktivitas. Zona ini merupakan tempat keluar masuknya ikan di dekat hutan bakau. Lalu, zona biru yang ditutup dari aktivitas penangkapan ikan oleh orang luar dan penangkapan menggunakan pukat.

Menurut dia, Muro tidak sama sekali memutus hubungan dengan alam. Ini cara untuk merevitalisasi kawasan laut dan pesisir yang rusak akibat eksploitasi yang berlebihan dari manusia.

Peneliti lingkungan pada LSM Barakat Piter Pulang mengatakan kawasan hutan bakau di desa Petuntawa harus diselamatkan dari tindakan serakah manusia.

Dia mendukung langkah warga dan pemerintah desa untuk melakukan konservasi Muro di sana.

Tak hanya marak penebangan bakau. Piter melihat terumbu karang di laut desa Petuntawa juga sudah banyak yang rusak. Tentu ini berdampak pada produktivitas ikan di kawasan Teluk Hadakewa nantinya.

Baca Juga :  Lowongan Kerja Bank Mandiri (BUMN) Tahun 2024 untuk Lulusan SMA, Sarjana, dan Magister

Direktur LSM Barakat Benediktus Bedil bersyukur karena lamun di laut Petuntawa masih cukup terjaga. Lamun, kata Benediktus, berdampak pada perubahan iklim. Sebanyak 1 hektare lamun bisa menyumbang 1000 liter O2 (Oksigen).

Kepala desa dan tim Barakat juga sempat menyusuri laut untuk melihat dari dekat kawasan yang akan ditutupi Balela.**