Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Wisata  

Imam Sutam Perkenalkan Teater Randang Lingko Sebagai Warisan Budaya Manggarai

Poros NTT News
Teater Randang Lingko Warisan Budaya Orang Manggarai.

Mabar,PRS – Romo Inosensius Sutam, seorang imam yang memiliki kepedulian mendalam terhadap kebudayaan, telah menunjukkan perhatiannya melalui kegiatan yang menghidupkan tradisi budaya Orang Manggarai.

Dalam sebuah pernyataan kepada awak media, Romo Ino menjelaskan mengenai pentingnya memperkenalkan teater Randang Lingko kepada generasi muda pada hari Minggu, 13 Agustus 2023.

Teater ini menjadi wadah untuk menggali dan menghormati tradisi pembagian tanah Lingko yang merupakan simbol kuasa, identitas, dan kewibawaan masyarakat Manggarai.

Randang Lingko adalah teater yang mencerminkan tradisi pembagian tanah Lingko, tanah umum dengan ukuran yang sangat luas.

Dalam proses pembagiannya, beberapa tokoh penting seperti Teno, pemegang gendang One, dan Lingko pe’ang memberikan mandat kepada Patok, seorang yang juga dikenal sebagai warga ATA wero Langang.

Teater ini merupakan cara Romo Ino untuk melestarikan dan meneruskan warisan budaya leluhur, agar tetap hidup dalam ingatan generasi muda sebagai penerus budaya.

Romo Ino menjelaskan bahwa istilah “Lingko” berasal dari kata “Ling” yang artinya bunyi nyaring dan bergema, serta “koe” yang berarti semoga atau kiranya.

Baca Juga :  NTT jadi Tuan Rumah KTT Asean,Begini Penjelasan Wakil Gubernur Josef Nae Soi Mengenai Persiapan Saat Ini

Dalam konteks tarian ini, “Lingko” merujuk pada bunyi gendang dan gong yang nyaring yang mencerminkan kuasa dan identitas.

Tahapan upacara Randang Lingko diakhiri dengan tarian Caci, yang merupakan ungkapan syukur atas terbentuknya Lingko baru.

Teater ini melibatkan berbagai adegan dengan makna masing-masing, merpresentasikan keselarasan hidup dan hubungan antara manusia, Tuhan dan alam dengan jumlah seluruh pemeran mencapai 1000 orang.

Teater Randang Lingko dirancang secara khusus untuk menggambarkan corak budaya kehidupan masyarakat Manggarai, bahkan hingga konstruksi rumah gendangnya yang menyerupai sarang laba-laba.

Dalam pertunjukan tarian ini, kelompok pemeran terdiri dari siswa/siswi SMK Stelamaris Labuan Bajo dan kelompok pendukung dari Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) Santu Paulus Ruteng.