Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Cerpen Thomas Krispianus Swalar “Kopi dan Kerinduan”

Poros NTT News

Kupang,PRS– Aroma kopi dan seruputan yang nikmat menambah suasana hati yang merindukan kehadiran sang kekasih hati.

Malam semakin larut, dan suasana hening menyergap membuat labirin berkelana mencari jawab teka teki hati yang merindu.

Seperti kala itu, secangkir kopi menemani kami bercerita tentang cinta.

Begitu romantis…

Berkisah tentang Rindu, yang kadang kala kita tak bisa menyelaminya.

Akankah cinta yang terucap harus berakhir sampai disini?, tidak…

Aku telah membingkai indah direlung hati terdalam.

 

Kupahatkan tinta emas,menghiasi cinta kami.

Dan malam pun bertambah larut,ku seruput sisa kopi yang masih tersisa.

Amboi…..

Andaikan engkau hadir menemaniku malam ini, kan ku kalungkan rasa yang lama terpendam di lubuk hati terdalam.

Tapi itupun tak kusesali,akan lebih indah ku goreskan sebait kata yang mampu mewakili kata hatiku saat ini.

Malam yang indah, menjadi saksi bisu kerinduanku padamu.

Kasih… Masihkah kau ingat janji yang telah kita ucapkan saat itu, suatu hari engkau dan aku akan bersatu, bersama mengarungi bahtera kehidupan ini dengan nakoda cinta disertai takut temali kasih melengkapi kesempurnaan engkau dan aku.

Baca Juga :  Teka Teki Kehidupan Dibalik Kaca

Aku menantimu dibalik malam, walaupun dalam mimpi datang dan temani aku melewati malam ini. Andai kau datang malam ini, betapa bahagianya diriku.

Singgahlah sebentar, menemaniku melewati malam ini, walaupun sejenak.

Walau sejenak….

Temani aku mengarungi kehidupan ini, ataukah engkau membiarkan sayap- sayapku patah baru engkau datang menghampiri aku…

Terbanglah bersamaku mengitari dunia ini,walau sayap-sayapku telah letih.

Akankah engkau membiarkan aku sendiri?

Melewati malam- malamku, penuh kegamangan?

Tuntunlah langkahku yang kini mulai terseok- seok.

 

Dan malam pun berlalu, engkau masih dengan kepongahanmu.

Sudah membatukah rasa cinta yang dulu engkau agung- agungkan?

Bersama desauan angin aku titipkan rasa rinduku padamu.

Teriring doa yang teramat sakral,kulantunkan pada Dia pemilik kehidupan ini… engkau yang telah membuat hatiku terus merindukan…. merindukan dan terus merindukan.

 

Pada Titian ini ku kalungan rinduku dalam sebait puisi: