Tragedi Seorang Ibu yang Dilupakan di Sebuah Desa Terpencil

Poros NTT News

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang terpencil, hiduplah seorang ibu yang bernama Darmi bersama dengan anak perempuannya, Darmi juga.

Mereka dulu hidup berkecukupan, namun keadaan berubah drastis setelah sang ayah meninggal dunia. Ibu Darmi terpaksa bekerja keras di ladang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua.

Setiap hari, ibu Darmi bekerja dengan tekun di ladang, namun bekerja di bawah terik matahari membuat kulitnya menjadi gelap. Beratnya beban hidup membuat tubuhnya pun menyusut.

Meskipun demikian, semua itu dilakukan demi Darmi, putri satu-satunya yang selalu menjadi alasan ibunya untuk terus berjuang.

Namun, sayangnya, Darmi tidak menyadari perjuangan ibunya. Dia enggan membantu ibunya di ladang dan lebih memilih untuk berdandan di rumah.

Darmi takut kulitnya menjadi gelap seperti ibunya dan enggan keluar rumah, meninggalkan ibunya bekerja sendirian di ladang.

Suatu hari, ketika ibu Darmi hendak pergi bekerja di ladang, dia meminta Darmi untuk mengantarnya.

Namun, Darmi lebih memilih untuk melulurkan rambutnya dari pada membantu ibunya. Ibu Darmi pergi ke ladang dengan hati sedih, meninggalkan Darmi di rumah.

Baca Juga :  Sejuta Kenangan yang Tak Tergantikan,Rindu Tak Terbalas dengan Kata Sayang

Di ladang, ibu Darmi bekerja dengan penuh dedikasi. Dia mengumpulkan hasil panen yang akan dijual ke pasar.

Meskipun lapar dan lelah, ibu Darmi tak menghiraukan perasaannya sendiri. Ketika pulang ke rumah, dia kembali mengejutkan dengan bahwa tidak ada makanan yang bisa dimakan.

Darmi sama sekali tidak memasak, meninggalkan ibunya yang kelaparan dan lelah. Keesokan harinya, ibu Darmi bersiap pergi ke pasar dengan hasil panen untuk dijual.

Ibu-Nya meminta Darmi untuk membantu membawa barang, namun Darmi tidak ingin kulitnya menjadi gelap dan menolak. Akhirnya, ibu Darmi pergi sendiri ke pasar, membawa hasil panennya.

Hasil panen yang dijual oleh ibu Darmi tidak begitu banyak, hanya cukup untuk membeli benih dan makanan untuk beberapa hari.

Saat ibunya sedang menghitung uang, Darmi mendekat dan meminta ibunya untuk membelikan bedak.

Meskipun Ibu Darmi setuju untuk membelikan, namun Ibu mengajaknya harus sama-sama jalan berdampingan kepasar agar tidak salah membeli.

Namun Darmi berbisik kepada Ibu “kita jalan jangan berdampingan. Ibu dibelakang saja. Lalu ibunya bertanya kenapa…? Pokonya berjalan dibekang-Ku.

Baca Juga :  Hindari Ini, Temukan Kelegaan dengan Kata Terima Kasih

Demikian menjadi alasan Darmi merasa malu dengan Ibu yang berkulit gelap dan wajah yang tak terawat.

Setelah Darmi dan ibunya pergi ke pasar untuk menjual hasil bumi mereka. Saat mereka sedang dalam perjalanan menuju pasar, tiba-tiba seorang teman Darmi datang menghampiri.