“Hidup Telah Aku Tasbihkan Pada Sang Pemberi Kehidupan,” adalah salah satu puisi Umbu Landu Paranggi yang mencerminkan kedalaman spiritualnya.
Meskipun hidup di kawasan yang terkenal, Malioboro, ia lebih memilih “jalan pedang,” menunjukkan kesetiaannya pada pilihan hidup sebagai seorang penyair yang tidak peduli dengan ketenaran.
Ia mengatakan dalam diskusi yang diadakan melalui zoom meeting oleh Gapensi menjelang Festival Umbu Wulang Landu Paranggi tahun 2024 di Kananggar, Sumba, menjadi momentum untuk mengingat keistimewaan sosok ini.
Anak-anaknya, seperti Rambu Anarara Wulang Paranggi, dan murid-muridnya, seperti Dewa Putu Sahadewa, menegaskan dedikasi dan pengaruh Umbu Landu Paranggi dalam dunia sastra.
Meskipun banyak karya Umbu Landu Paranggi tidak dipublikasikan atau didokumentasikan, ia lebih memilih untuk membentuk generasi penulis muda yang mampu bersaing secara nasional.
Pindah ke Bali pada tahun 1979, ia tetap menjadi pembimbing bagi banyak penulis muda melalui rubrik Apresiasi di Bali Post.
Kepergian Umbu Wulang Landu Paranggi pada tanggal 6 April 2021 karena Covid-19 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para penggemar sastra.
Namun, warisan spiritual dan dedikasinya dalam membentuk generasi penulis muda tetap menjadi cahaya terang dalam dunia sastra Indonesia.
Reporter : Endik
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.