Menurut Ansy, dirinya sudah berbicara mengenai ASF dalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian pada akhir Januari lalu. Sebagai bentuk respon, Kementerian Pertanian menurunkan tim untuk melihat kondisi ternak babi di NTT, serta memberikan vitamin dan disinfektan.
Sayangnya, saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah babi terkena ASF. Yang ada baru sebatas serum.
“Karena itu, biosekuriti mengenai cara beternak babi yang baik sangat perlu diterapkan. Masyarakat peternak perlu diberi tahu bagaimana penerapan prinsip-prinsip higienitas dan keamanan dalam memelihara babi, dalam situasi normal ataupun endemi,” papar Ansy.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT drh. Melky Angsar menjelaskan bahwa Dinas Peternakan Provinsi NTT mengalami kendala dalam hal distribusi vitamin dan disinfektan yang diberikan pemerintah pusat untuk mengendalikan ASF. Kondisi ini dikarenakan kurangnya biaya.
“Untuk bidang Kesehatan Hewan sendiri, anggaran kita nol rupiah. Kita memang mengalami kesulitan dalam hal dana distribusi,” terang Melky.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.