Hadir pada kesempatan tersebut Dinas Peternakan Provinsi NTT dan Dinas Peternakan Kota Kupang, serta pemerintah pusat yang diwakili oleh Balai Besar Veteriner Denpasar (BBVET) selaku satuan kerja (satker) Direktorar Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) wilayah NTT, para akademisi dan peternak untuk duduk bersama membahasnya.
Ansy mengatakan ternak babi adalah identitas masyarakat NTT. Bukan hanya babi digunakan sebagai komoditi yang diperjualbelikan untuk perekonomian, tetapi juga merupakan bagian dari adat atau budaya. Dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian menggunakan babi sebagai sarana.
“Karena babi bernilai strategis bagi masyarakat NTT, saya sangat menyayangkan virus ASF yang terus menyerang. Perlu upaya bersama untuk bisa mencegah dan mengendalikan ASF, mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari eksekutif pemerintah pusat hingga daerah, serta legislatif,” terang Ansy.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.