Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Mengenang Sosok Chairil Anwar,Mahasiswa IKTL Prodi PBSI Gelar Diskusi Bersama

Poros NTT News
Mahasiswa IKTL Prodi PBSI gelar diskusi bersama untuk memperkenalkan sosok Chairil Anwar kepada generasi muda sebagai agen perubahan yang dapat menginspirasi dalam dunia sastra Indonesia./ dok.Elton Nggiri.

Kepada awak media ini, ketua ketua himpunan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia IKTL mengatakan bahwa dimaksud bertujuan untuk mengingat kembali kepada para mahasiswa  mengenai  sosok Chairil Anwar sebagai seorang penyair yang mampu menggambarkan perjuangan hidup dan cinta dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna.

“Kegiatan ini juga merupakan ajang untuk kembali mengingat kita tentang seorang Chairil Anwar, sosok  pemuda yang sederhana namun berani melawan penjajah melalui karya tulisanya yang sederhana namun memiliki makna yang dalam.

Hal itu juga dapat memotivasi kita genarasi muda untuk tetap semangat dalam menjadi agen perubahan,” ungkapnya.

Terpantau, kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana tanpa adanya hambatan. Usai acara pementasan dan renungan malam, Semua mahasiswa dan para suster  di arahkan untuk menikmati makanan bersama yang telah disiapkan.

Untuk diketahui, Chairil Anwar Lahir di Belanda Medan, Sumatra Timur, Hindia Belanda pada tanggal 26 Juli 1922. Melalui karyanya yang berjudul AKU, Chairil Anwar

dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang”. Dirinya diperkirakan telah menulis 96 karya tulis, termasuk 70 puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Baca Juga :  Universitas Muhammadiyah Kupang Laksana Ibu Kandungmu yang Melahirkan Kamu

Setelah pada tahun 1940 Chairil Anwar bersama ibu nya pindah ke Bathavia (sekaran Jakarta), ia mulai menggeluti dunia sastra dan berhasil mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942.

Dengan semangat yang membara ia terus menulis  puisi dengan berbagai tema mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

penulis puisi terbesar dalam sejarah sastra Indonesia itu akhirnya menutup usia diusianya yang masing sangat muda, yaitu pada tanggal 28 April 1949, ketika baru berusia 27 tahun.

Karya-karya yang ia tinggalkan tetap dianggap sebagai bagian dari warisan sastra Indonesia yang penting dan terus di kenang hingga saat ini.

Reporter : Elton Nggiri