Yohanes Juan Boli, sebagai pemateri, menekankan kesadaran anak dalam menggunakan smartphone di era digital.
Menurutnya, membaca berita, mencari materi tambahan, dan berkomunikasi dengan baik adalah langkah awal yang perlu dilakukan.
Pemateri lain, Yakobus Pehan Gelar, menegaskan bahwa dengan pendidikan, kita dapat terbebas dari keterpurukan. Taman baca Napogeris dianggap sebagai sarana yang membantu tumbuh kembangnya generasi baru yang memiliki daya saing sebagai sumber daya manusia.
Demikian Martin Paun menambahkan bahwa adanya taman baca Napogeris memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengembangkan kreativitas dalam seni, berpuisi, dan aktivitas lainnya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kecenderungan hedonisme di kalangan anak-anak.
Setelah seminar, mahasiswa Waihelan menyerahkan buku kepada siswa/siswi, pelajar, dan pemerintah setempat. Awi Suban, seorang siswa dari Sekolah Dasar Negeri Leter, menyatakan kegembiraannya.
Ia menyatakan bahwa kegiatan literasi sangat membantu untuk mengembangkan minat dan bakat, bukan hanya di dalam sekolah, tetapi juga di luar sekolah.
Seminar Literasi Digital “Balik Lewo” di Balai Dusun Waihelan sukses menyemai kesadaran akan pentingnya literasi anak di era digital dan memberikan dorongan positif bagi generasi muda untuk terus berkembang. (DL)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.