Dalam Antologi ke-1, sebanyak 50 penyair turut berpartisipasi, sementara Antologi ke-2 melibatkan 79 penyair.
Octavianus Masheka berharap partisipasi penyair dalam Antologi ke-3 akan semakin meningkat. “Antologi tersebut kami kerjakan secara swadaya, sebagai wujud kongkrit dari idealisme TISI,” ungkap Octa.
Pentingnya pelestarian bahasa daerah menjadi fokus utama dalam antologi ini. Menyajikan puisi dalam bahasa daerah bersamaan dengan bahasa Indonesia menjadi upaya konkret untuk mempertahankan keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia.
Isson Khairul, yang turut hadir dalam diskusi, menyampaikan salam sebagai bentuk dukungan dari Persatuan Penulis Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat memperkuat gerakan pelestarian bahasa daerah yang diusung oleh TISI.
Diskusi ini menjadi langkah awal yang menggembirakan menuju Antologi ke-3 “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku,” yang diharapkan akan melibatkan lebih banyak penyair dan semakin memperkaya panorama sastra Indonesia. (HL)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.