Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Opini  

Catatan Akhir Tahun Yang Perlu Dibaca Ulang  Bersama Maha Guru Spiritual dan Eko Sriyanto Galgendu

Poros NTT News

Porosnttnews.com- Bekal spiritual untuk mendekat kepada Tuhan itu kata guru spiritual saya  yang sangat sufistik adalah kejujuran, rendah hati, ikhlas,  sabar, dan selalu tampil sederhana, tidak berlebihan, lapang dada, ikhlas, suka berbagi dan menolong siapa saja, termasuk anak kecil sekalipun. Apalagi untuk para yatim piatu.

Adapun pantangannya, cukup tidak pernah berbohong — terurama pada diri sendiri — pantangan untuk  mengambil hak atau milik orang lain, apalagi mencuri, menilep atau korup serta menipu rakyat.

Advertisement
Poros NTT News
Scroll kebawah untuk lihat konten

Kecuali itu, tidak ria dan tidak sombong, tiada rasa dengki dan jumawa apalagi angkuh. Kuat dan teguh menahan amarah termasuk lapar dan dahaga seperti melakukan puasa yang menjadi salah satu cara melatih dan memperkuat diri dalam bentuk lahir dan batin.

Semua itu tetap harus diikuti oleh sikap dan sifat yang tidak tamak, tidak rakus, tidak kemaruk. Sebab sebanyak apapun harta banda serta duit yang dimiliki tidak akan berarti apa-apa bila tidak memiliki manfaat bagi orang lain. Pun nanti tidak bisa ditransfer atau dibawa masuk ke liang kubur.

Baca Juga :  Pater Nus; Satu Perjalanan, Satu Refleksi Congo-Afrika

Tamak, rakus dan kemaruk itu tidak cuma makan dan minum, menyalah gunakan jabatan dan wewenang, menekan dan menindas bawahan, punya pacar atau simpanan idaman yang banyak, itu sekedar birani seperti yang juga dimiliki oleh binatang. Karena dengan sikap dan sifat serta laku yang diridhoi langit itu harus amanah mawaddah dan warachmah. Sebab laku spiritual atau jalan sufi itu memang senyap dan hening, cukup lelaku saja yang nyata dengan rasa nyaman dan  ketenteraman hati. Maka itu semua nikmat itu juga dengan suka rela ingin dibagi kepada siapa pun, tanpa rasa terpaksa atau dipaksa.