Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

YPII Lakukan Hal ini Untuk Cegah Kehamilan Anak Usia Dini di Lembata

Reporter : Teddi Editor: Redaksi
Poros NTT News
Keterangan Gambar wisuda menjadi Remaja Menuju Masa Depan.(dok Teddi).

Lembata,Porosnttnews.com- Sebanyak 25 anak usia sekolah di Desa Aulesa Kecamatan Ile Ape Timur diwisuda menjadi Remaja Menuju Masa Depan (Mapan) oleh Yayasan Plan International Indonesia (YPII) di kabupaten Lembata, Jumat (3/6).

Wisuda kelas reguler remaja Mapan ini mempertegas bahwa Plan berhasil membimbing anak-anak sponsornya untuk mengerti secara detail bahaya hamil di usia anak, kesehatan reproduksi akibat pergaulan bebas serta sejumlah keterampilan hidup yang bisa menjadi bekal untuk masa depan mereka.

Sebelum diwisuda, anak remaja usia 13-19 tahun ini mengikuti aneka pembelajaran selama 69 sesi pertemuan yang dikemas dalam program Adolescent Health and Agency (AHA) dengan kurikulum Pilih Masa Depanmu. Disana mereka mendapat banyak sekali informasi tentang kesiapan untuk menata dan membawa masa depannya ke titik yang lebih cerah.

Sebagai contoh, selama kurang lebih enam bulan, para siswa kelas remaja Mapan mendapat pembelajaran khusus tentang bahaya kesehatan reproduksi dan risiko hamil dibawa usia anak. Hal itu pun dikemas dalam kurikulum kesehatan masa depan anak. Selain itu mereka juga mendapat edukasi tentang literasi keuangan agar sedini mungkin mampu mengaturnya di masa mendatang.

Baca Juga :  Ujian Berbasis Online, Ikhtiar SMPN Waiwaru Tunjukan Kemampuan IT Siswa

Menurut Koordinator AHA Fransiskus Riberu, program ini fokus membimbing anak perempuan supaya mampu membuat keputusan yang aman dan terinformasi terkait kesehatan reproduksinya.

Pembelajaran Kelas Remaja Mapan ini juga menyasar anak-anak sponsor Plan, anak putus sekolah, anak marginal, anak disabilitas, dan termasuk anak sekolah laki-laki dan perempuan.

Riberu menuturkan, dari beberapa masalah laten yang sering dialami anak remaja, angka kehamilan anak usia sekolah di kabupaten Lembata adalah satu-satunya yang tergolong paling tinggi dari semua kasus yang ada.

Karena itu tidak cukup remaja menerima pembelajaran dari sekolah formal melainkan perlu mendapat edukasi dari sekolah non formal dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan menyelenggarakan model pembelajaran yang saat ini dikenal dengan kelas reguler remaja Mapan.

“Program AHA ini lahir karena keprihatinan Yayasan Plan International Indonesia akan tingginya kasus pernikahan dan kehamilan anak usia dini, kehamilan remaja dan persoalan remaja lainnya di Lembata. Tahun 2021 saja tingkat kehamilan anak usia remaja meningkat dengan pelakunya adalah anak laki-laki di bawah usia 19 tahun,” ungkap Riberu sewaktu kegiatan Wisuda Kelas Reguler Remaja Mapan di Aula desa Aulesa.